Sulawesi Tengah

Sulawesi Tengah
—  Provinsi  —
Lambang Sulawesi Tengah
Lambang
Slogan: "Maliu Ntinuvu"
(Bahasa Kaili: "Mempersatukan semua unsur dan potensi yang ada")
Peta lokasi Sulawesi Tengah
NegaraIndonesia
Hari jadi13 April 1964 (hari jadi)
Dasar hukumUU No. 13/1964
Ibu kotaPalu
Koordinat3º 30' LS - 1º 50' LU
119º 0' - 124º 20' BT
Pemerintahan
 • GubernurDrs. H. Longki Djanggola, M.Si.[1]
 • Wakil GubernurH. Sudarto, SH, M.Hum
 • Sekretaris DaerahDrs. Amjad Lawasa, M.Si
Lapang
 • Total61,841.29 km2 (23,877.06 mil²)
Populasi (2010)[2]
 • Total2.635.009
 • KepadatanBad rounding here43/km2 (Bad rounding here110/sq mi)
Demografi
 • Suku bangsaKaili (20%), Bugis (14%), Gorontalo (18%), Pamona, Mori
 • AgamaIslam (76.6%), Protestan (17.3%), Katolik (3.2%), Hindu (2.7%), Budha (0.16%)
 • BahasaBahasa Indonesia, Pamona, Mori, Kaili dan lain-lain
Zona waktuWITA
Kabupaten9
Kota1
Kecamatan147
Lagu daerahTananggu Kaili, Tondok Kadadingku, Rano Poso, Wita Mori
Situs webwww.sulteng.go.id

Sulawesi Tengah yaitu sebuah provinsi di Indonesia yang beribukotakan Palu.

Sejarah

Wilayah provinsi Sulawesi Tengah sebelum jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda merupakan sebuah Pemerintahan Kerajaan yang terdiri atas 15 kerajaan di bawah kepemimpinan para raja yang kemudian dalam sejarah Sulawesi Tengah dikenal dengan julukan Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat.

Semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi Tengah seluruhnya jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau Pusat-pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang meliputi, selang lain:

  1. Poso Lage di Poso
  2. Lore di Wianga
  3. Tojo di Ampana
  4. Pulau Una-una di Una-una
  5. Bungku di Bungku
  6. Mori di Kolonodale
  7. Banggai di Luwuk
  8. Parigi di Parigi
  9. Moutong di Tinombo
  10. Tawaeli di Tawaeli
  11. Banawa di Donggala
  12. Palu di Palu
  13. Sigi/Dolo di Biromaru
  14. Kulawi di Kulawi
  15. Tolitoli di Tolitoli

Dalam perkembangannya, ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah tanpa berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga) ronde, yakni:

  1. Sulawesi Tengah ronde Barat, meliputi wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi.
  2. Sulawesi Tengah ronde Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940, Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja.
  3. Sulawesi Tengah ronde Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.

Tahun 1964 dengan Peraturan Pemerintah Pengalih Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Kemudian Pemerintah Pusat meresmikan Propinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan kemudian tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah.

Dengan perkembangan Sistem Pemerintahan dan tutunan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan demikianlah keadaanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi 2 Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah yakni Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Tojo Una-Una. Kini berlandaskan pemekaran wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi menjadi 10 daerah, yaitu 9 kabupaten dan 1 kota.

Sulawesi Tengah juga memiliki beberapa sungai, ditengahnya sungai Lariang yang terkenal sebagai arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi obyek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu.

Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi obyek penelitian untuk para ilmuwan dan naturalis.

Ibukota Sulawesi Tengah yaitu Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut.

Pemerintahan

Kabupaten dan Kota

Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas 11 kabupaten dan 1 kota, 147 kecamatan, dan 1.664 desa/ kelurahan. Provinsi ini memiliki lapang daratan 61.841,29 km2 (BPS 2010), dengan orang-orang 2.633.420 jiwa (SP 2010), dengan tingkat kepadatan orang-orang 43 jiwa/ km2.

Adapun daftar sempurna nama kabupaten/ kota, nama ibu kota, serta banyak kecamatan, dan desa/ kelurahan di Provinsi Sulawesi tengah hingga saat ini (Maret 2013) yaitu sebagai berikut.

Daftar Nama Kabupaten/ Kota, Ibu Kota, Banyak Kecamatan, dan Desa/Kelurahan

Kabupaten/KotaIbu KotaBanyak KecamatanBanyak Desa/Kelurahan
Kabupaten BanggaiLuwuk13255
Kabupaten Banggai KepulauanSalakan19210
Kabupaten Banggai LautBanggai766
Kabupaten BuolBuol11107
Kabupaten DonggalaDonggala15143
Kabupaten MorowaliBungku13245
Kabupaten Parigi MoutongParigi20175
Kabupaten PosoPoso18156
Kabupaten SigiSigi Biromaru15160
Kabupaten Tojo Una-UnaAmpana9122
Kabupaten TolitoliTolitoli1084
Kota Palu-443

Daftar Gubernur

NoFotoNamaMulai JabatanKesudahan JabatanKeterangan
1. Anwar Gelar Datuk Madjo Basa Nan Kuning13 April 196413 April 1968 
2. Kol. Mohammad Yasin13 April 1968April 1973 
3. Brigjen Albertus Maruli TambunanApril 197328 September 1978 
4. Brigjen Moenafri, SH28 September 197822 Oktober 1979 
5. Kol. R. H. Eddy Djadjang Djajaatmadja22 Oktober 197922 Oktober 1980 
6.Eddy Sabara.jpgMayjen H. Eddy SabaraNovember 1980Februari 1981Pejabat Gubernur
7. Drs. H. Ghalib Lasahido19 Desember 1981Februari 1986 
8. Abdul Aziz Lamadjido, SHFebruari 198616 Februari 1996 
9.Paliudju.jpgMayjen TNI (Purn). H. Bandjela Paliudju16 Februari 199620 Februari 2001periode pertama
10.Aminuddin ponulele.jpgProf. (Em) Drs. H. Aminuddin Ponulele, M.S.20 Februari 20012006 
11. Gumyadi200624 Maret 2006Penjabat Gubernur
12.Paliudju.jpgMayjen TNI (Purn). H. Bandjela Paliudju24 Maret 200617 Juni 2011periode kedua
13.Longki Djanggola.jpgLongki Djanggola17 Juni 2011sekarang 


Perwakilan di Jakarta

Ronde DPR dari Provinsi Sulawesi Tengah

  1. H. Syarifuddin Sudding, SH. MH. dari Partai Hati Nurani Penduduk
  2. Ir. H. Rendy Lamadjido dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
  3. Akbar Zulfakar Sipanawa, ST dari Partai Keadilan Sejahtera
  4. Murad U. Nasir dari Partai Golongan Karya
  5. Muhidin M. Said, SE. MBA. dari Partai Golongan Karya
  6. Verna Gladies Merry Inkiriwang dari Partai Demokrat

Ronde DPD dari Provinsi Sulawesi Tengah

Demografi

Orang-orang asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompokan etnis atau suku, yaitu:

  1. Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Sigi dan kota Palu
  2. Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Sigi
  3. Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
  4. Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso
  5. Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali
  6. Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
  7. Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
  8. Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai
  9. Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai
  10. Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai
  11. Etnis Bare'e berdiam di kabupaten Poso, Touna
  12. Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
  13. Etnis Buol menghuni kabupaten Buol
  14. Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli
  15. Etnis Tomini menghuni kabupaten Parigi Moutong
  16. Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli
  17. Etnis Dondo berdiam di Dondo, kabupaten Tolitoli
  18. Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli
  19. Etnis Dampelas berdiam di kabupaten Donggala

Di samping 13 kelompokan etnis, tidak sewenang-wenang beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala dan Sigi, suku Wana di Morowali, suku Seasea dan Suku Ta' di Banggai dan suku Kekuatan di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki lebih kurang 22 bahasa yang saling berbeda selang suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat mengadakan komunikasi satu sama lain memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.

Selain orang-orang asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Suku pendatang yang juga banyak menghuni wilayah Sulawesi Tengah yaitu Mandar, Bugis, Makasar dan Toraja serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal masa masa waktu seratus tahun ke 19 dan sudah membaur. Banyak orang-orang di daerah ini lebih kurang 2.128.000 jiwa yang mayoritas sangat memuja-muja Islam, lainnya Kristen, Hindu dan Budha. Tingkat toleransi sangat memuja-muja sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan ronde dari kehidupan masyarakat.

Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian orang-orang dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah.

Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dipandu oleh ketua kebiasaan disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua kebiasaan meresmikan hukum kebiasaan dan denda berupa kerbau untuk yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur serta tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.

Kebiasaan

Sulawesi Tengah kaya hendak kebiasaan yang diwariskan dengan perkara turun-temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dihidupi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama yaitu pusaka kebiasaan yang tetap terpelihara dan dimainkan dalam beberapa bentuk dengan bermacam pengaruh modern serta pengaruh agama.

Karena banyak kelompokan etnis menghuni Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di selang etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai ronde barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di ronde timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.

Tidak sewenang-wenang juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain pusaka ratus tahun Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan.

Sementara masyarakat pegunungan memiliki kebiasaan tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, kebiasaan, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti misalnya ialah mereka memakai kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang dan hanya memiliki satu ruang akbar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang dipakai untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, tidak sewenang-wenang pula lumbung padi yang disebut Gampiri.

Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian kebiasaan.

Kesenian

Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi selang daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrumen seperti suling, gong dan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai ronde ritual keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili lebih kurang pantai barat - waino - musik tradisional - dibawakan ketika tidak sewenang-wenang upacara kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer untuk para pemuda sebagai fasilitas mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan dibawakan ketika festival.

Tari masyarakat yang terkenal yaitu Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian dikunjungi masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian dero khusus dibawakan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari akbar tertentu. Dero yaitu salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan pusaka leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama penjajahan jepang di Indonesia ketika Perang Alam II. Tarian in yaitu tarian tradisional

Agama

Orang-orang Sulawesi Tengah beberapa akbar memeluk agama Islam. Tercatat 72.36% orang-orangnya memeluk agama Islam, 24.51% memeluk agama Kristen dan 3.13% memeluk agama Hindu serta Budha. Islam dikampanyekan di Sulawesi Tengah oleh Datuk Karama dan Datuk Mangaji, ulama dari Sumatera Barat; yang kemudian dilangsungkan oleh Al Alimul Allamah Al-Habib As Sayyed Idrus bin Salim Al Djufri, seorang pengajar pada sekolah Alkhairaat dan juga diusulkan sebagai Pahlawan nasional. Salah seorang cucunya yang bernama Salim Assegaf Al Jufri menduduki jabatan sebagai Menteri Sosial saat ini.

Agama Kristen pertama kali dikampanyekan di kabupaten Poso dan ronde selatan Donggala oleh misionaris Belanda, A.C Cruyt dan Adrian.

lklim

Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung ronde utara di Sulawesi Tengah membuat iklim daerah ini tropis. Hendak tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta beberapa pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah selang bulan April dan September sedangkan musim kemarau selang Oktober hingga Maret. Rata-rata curah hujan berkisar selang 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk curah hujan terendah di Indonesia.

Temperatur berkisar selang 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai dengan tingkat kelembaban selang 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat sampai 16 sampai 22' Celsius.

Flora dan Fauna

Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania, dimana flora dan faunanya berbeda jauh dengan flora dan fauna Asia yang terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan flora dan fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau Timor. Garis maya yang membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan flora dan faunanya disebut Wallacea, karena teori ini dikemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris yang turut menemukan teori evolusi bersama Darwin. Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri. Binatang khas pulau ini yaitu anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang berkantung serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.

Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Akbar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan terakhir yaitu Suaka Margasatwa di Bangkiriang.

Senjata Tradisional

Senjata tradisional masyarakat Sulawesi Tengah yaitu Parang (Guma).

Referensi

  1. ^ "Gubernur Diminta Tingkatkan Koordinasi dengan Pusat". Media Indonesia. 2011-6-19. Diakses 2011-6-19. 
  2. ^ Sensus Orang-orang 2010

Pranala luar

Sulawesi Tengah
 
Pusat pemerintahan: Kota Palu
 
Kabupaten
Banggai  • Banggai Kepulauan  • Banggai Laut  • Buol  • Donggala  • Morowali  • Morowali Utara  • Parigi Moutong  • Poso  • Sigi  • Tojo Una-una  • Tolitoli
Lambang Sulawesi Tengah
 
Kota
 
 
Ibu kota: DKI Jakarta
 
Sumatera
National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg
 
Jawa
 
Kalimantan
 
Nusa Tenggara
 
Sulawesi
 
Celaku
 
Papua
 


Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, cyclopedia-central-sulawesi.nomor.net, dsb.